PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
(ARSITEKTUR KLASIK & ARSITEKTUR MODERN)
J. FATHUL YASIR D. UMAR
03420140015
AI
Program
Studi Arsitektur
Fakultas
Teknik
Universitas
Muslim Indonesia (UMI)
DAFTAR ISI
Daftar isi
Latar belekang
Bab I: Arsitektur klasik
Desain
arsitektur klasik
Tentang arsitektur klasik (Eropa)
Teori arsitektur klasik
Arsitektur yunani
Arsitektur romawi
BAB II: Arsitektur modern
Sejarah awal arsitektur modern
Masa kedatangan arsitektur
modern
Masa jaya arsitektur modern
Karakteristik
Arsitektur modern pada umumnya
Beberapa pendapat tentang
Arsitektur Modern
Arsitektur modern Indonesia
Periode Sejarah Arsitektur Modern
BAB
III: Kesimpulan
Daftar pustaka
LATAR BELAKANG
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam
merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang
dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur lahir
dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif,
keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi
konstruksi).
Arsitektur prasejarah dan primitif
merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan
pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik,
arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Sementara itu, Revolusi Industri
membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat
dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis
terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui
produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan
kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi
sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari
Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang
memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan
titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah
Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih
melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Arsitektur Klasik mengacu pada masa
awal di mana aliran kajian sejarah dan budaya dimulai dari masa Yunani dan
Romawi, yang kemudian membawa pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam
arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni pahat dalam bentuk
kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci, dan
kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan. Namun, secara
umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan bukanlah faktor yang
penting. Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau
melalui proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja.
Perkembangan arsitektur klasik dimulai
pada regional arsitektur Yunani (+ 3000 – 30 SM). Arsitektur Yunani Kuno
merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan
dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang
sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur pra-Yunani kuno sangat
terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal
ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual
pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar
terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada
terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia
terhadap mitos dewa-dewi alam semesta.
Pada perkembangannya, Arsitektur
Yunani Kuno mulai meninggalkan tahapan mitologi dan menuju tahap filsafat ilmu
(Surajiyo, 1997). Pada masa ini ilmu ukur menjadi penting dalam menentukan
bentuk dan proporsi bangunan. Rumus matematis berperan penting dalam menentukan
nilai estetika sebuah bangunan. Keindahan pada era ini tersirat dalam
penggunaan proporsi golden section dan pemanfaatan efek distorsi mata untuk
menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya. Bagi orang
Yunani, dunia adalah kosmos, yang berarti teratur (Bertens, 2004), dan hal ini
sangat terlihat dalam karya-karya arsitekturalnya. Setiap bangunan pada
arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh struktur
keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat
direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya (Hemingway, 2003).
Secara umum, dua jenis bangunan
arsitektural Yunani Kuno menurut fungsinya adalah sebagai (a) kuil, istana,
bangunan religius, dan bangunan umum, serta (b) amphitheatre atau panggung
terbuka. Ciri khas dari arsitektur Yunani adalah penggunaan kolom dan balok
(entablature) sebagai elemen utama, dan memiliki tiga tipe order (susunan kolom
dan balok). Orde tertua adalah Dorik yang melambangkan kesederhanaan tanpa
banyak hiasan, kemudian Ionik yang merupakan refleksi dari ‘laut’ atau
‘karang’, terlihat dari dua bagian yang melengkung di ujung. Orde terakhir dan
paling rumit adalah Korintian, dengan lebih banyak hiasan pada ujung kolom dan
baloknya (Dietsch, 2009).
BAB I
ARSITEKTUR
KLASIK
Arsitektur klasik
adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani,
seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan kekaisaran
Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri
dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.
Langgam
Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara
formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir.
Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa
alasan, jenis arsitektur rumah ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat
berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah
peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, pemerintahan,dsb). Untuk alasan
kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah
mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit. Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih
rumit dan lebih rinci.
Arsitektur
Klasik Saat Ini Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam
bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu,
atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran
yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa
sekarang.
Salah satu alasan mengapa gaya
arsitektur klasik masih digemari sampai sekarang adalah sifatnya abadi atau
tidak lekang dimakan waktu. Dalam desain exterior bangunan, gaya ini
menghadirkan kemewahan dalam hunian Anda. Dari sekian banyak elemen exterior
yang dipakai, tidak dapat dipungkiri bahwa profil / ornamen-ornamen hiasan yang
rumit khas romawi/yunani memegang peranan penting dalam menciptakan kemewahan
tersebut.
Banyaknya permainan ornamen arsitektur
romawi maupun yunani seperti profil maupun patung-patung bergaya klasik yang
menempel pada bangunan klasik, bentuk pilar yang besar, bentuk lengkung di atas
pintu maupun kubah akan memperindah bangunan, menciptakan kesan gagah dan
mewah. Meskipun hal tersebut justru membuat pengerjaan bangunan klasik lebih
lama dari pada bangunan bergaya minimalis, selain itu biaya yang dikeluarkan
juga jadi lebih banyak. Bagi sebagian orang yang senang dengan kemewahan dengan
nuansa klasik tentunya bukan menjadi masalah yang berarti.
Saat orang
berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang
terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur rumah klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain
gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer
dibuat dengan detail sempurna. Kemegahan batu alam mulai di hadirkan dalam
desain arsitektur klasik yang menambah kesan mewah bangunan.
Dalam
membangun bergaya klasik anda harus memahami dulu bentuk klasik yang dimau atau
paling tidak anda punya beberapa reverensi banguanan klasik yang cocok dengan
keinginan anda. Jika anda kurang memiliki pengetahuan arsitektur klasik lebih
baik anda meminta bantuan konsultan
arsitektur / konsultan exterior yang
tentunya memiliki pengetahuan lebih baik dari anda, jangan memaksakan untuk
mendesain sendiri bangunan anda, yang tentunya akan membuat hasilnya tidak
maksimal.
TENTANG ARSITEKTUR KLASIK (EROPA)
Arsitektur klasik Eropa adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang
mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada
periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur
Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya
yang berasal dari Yunani.
Saat orang
berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan
yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar,
namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung
yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat
dengan detail sempurna.
Langgam
Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara
formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir.
Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan,
jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga fungsi:
Sebagai tempat berlindung (fungsi rumah
tinggal)
Sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah
peribadatan)
Tempat berkumpul (fungsi balai kota, dsb)
Untuk
alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah
mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.
Seiring
waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban
yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur
Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.
Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih
eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar
besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri
Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap
menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.
TEORI ARSITEKTUR KLASIK
Arsitektur
Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa
yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi
dan „first class‟. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan
aturan/pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan
berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad
pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebelum
masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan gerakan
Rationalism yang kuat).
Predikat kata „Klasik‟ diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudankarya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun.
Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun pekerjaan pada tapak
yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat
beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4
ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx).
Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur sesudahnya.
Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks
urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang
menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis “Bird Eye
View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx).
Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Dan untuk meresapkan dan mengerti Arsitektur Gothic ini diperlukan gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul spirit kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi. Spirit kejiwaan ini dituangkan dalam suatu tema
“cahaya ke-Ilahian dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-
bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya.
Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang
setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan
ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari atas langit” (Isodore dalam Varro,19xx).
Predikat kata „Klasik‟ diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudankarya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun.
Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun pekerjaan pada tapak
yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat
beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4
ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx).
Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur sesudahnya.
Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks
urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang
menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis “Bird Eye
View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx).
Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Dan untuk meresapkan dan mengerti Arsitektur Gothic ini diperlukan gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul spirit kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi. Spirit kejiwaan ini dituangkan dalam suatu tema
“cahaya ke-Ilahian dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-
bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya.
Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang
setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan
ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari atas langit” (Isodore dalam Varro,19xx).
Arsitektur yunani
Arsitektur Yunani- Budaya:
polis, filosofis, demokratis
- Nilai: rasionalisme
- Preseden: megaron (rumah vernakular Yunani)
- Contoh: Athens Parthenon, Yunani; Nashville Parthenon, Amerika Serikat
- Unit: stoa (kolom)
- Warisan: kanonik: golden section, greek order, geometri, harmoni, proporsi, tektonik, enteleki; struktur: post linthel; tipologi: agora (public space), bouleuterion (balai dewan), gymnasium (sekolah), megaron (rumah), pastanium (kantor walikota), pantheon (kuil), stadion, & teather
- Keprofesian: belum ada, bersifat seniman, penyeimbang masyarakat, spiritualis, institusi kemasyarakatan
Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudia suku-suku tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu
- Nilai: rasionalisme
- Preseden: megaron (rumah vernakular Yunani)
- Contoh: Athens Parthenon, Yunani; Nashville Parthenon, Amerika Serikat
- Unit: stoa (kolom)
- Warisan: kanonik: golden section, greek order, geometri, harmoni, proporsi, tektonik, enteleki; struktur: post linthel; tipologi: agora (public space), bouleuterion (balai dewan), gymnasium (sekolah), megaron (rumah), pastanium (kantor walikota), pantheon (kuil), stadion, & teather
- Keprofesian: belum ada, bersifat seniman, penyeimbang masyarakat, spiritualis, institusi kemasyarakatan
Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudia suku-suku tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu
Gambar Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana
peradaban Yunani dahulu
Gambar
reruntuhan agora di Athena
Yunani
dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama mengenal tulisan
dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani sudah lumrah dalam
membicarakan filsafat yang mengedepankan politik, sains, & seni dalam
obrolannya sehari-hari. Selain itu masyarakat Yunanipun memilki kepercayaan
pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus (dewa langit), Poseidon (dewa
laut), dan Hades (dewa bawah tanah).
Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.) Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.
Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.) Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.
Gambar megaron, Yunani
Gambar
Athens Parthenon, Yunani
Gambar
denah megaron dan Athens Parthenon
Arsitektur klasik Yunani selain partheon adalah agora
(public space, selasar tempat masyarakat bernteraksi yang terdapat di
jalanan), bouleterion (balai dewan) gymnasium (sekolah), pastanium
(kantor walikota), stadion, & teather. Bangunan-bangunan di Yunani
menggunakan prinsip post linthel yang merupakan penemuan struktural
pertama yakni dua kolom yang dapat mendukung unsur horizontal. Stoa
(kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga
kedepannya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri
seperti, doric (dari Doria), ionic (dari Ionia), dan corintian (dari Corintia).
Kolom-kolom tersebut dibangun menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang
kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain yakni golden section dan greek
order.
Gambar Athens Treassure, Yunani, memperlihatkan struktur post
linthel
Gambar reruntuhan dan perkiraan Tyre Agora, Yunani
Gambar detail stoa menurut greek order (dari
kiri ke kanan, doric, ionic, corintian)
Filsafat berawal ketika manusia berusaha memahami dunia dengan menggunakan perangkat yang melekat pada manusia (hati dan perasaan), bukan lagi semata keyakinan. Yakni kebenaran adalah hal yang relatif, tergantung pada persepsi dan interpertasi manusia, dan kebenaran hanya dapat diperoleh dengan cara mempertanyakan, menghaluskan pengertian, dan menguji. Beberapa filusuf yang terkenal diantaranya Aristoteles, Democritus, Plato, Socrates, dll.
Gambar Plato dan Aristoteles, filusuf terkenal Yunani
Filsafat
dalam pemahamannya melahirkan paradigma baru mengenai kesempurnaan, suatu
persepsi yang banyak diimplementasikaan dalam kehidupan masyarakat Yunani,
sedangkan untuk desain persepsi tersebut berupa:
- kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia: puisi, musik, kriya, patung, dan arsitektur
- tujuan setiap karya adalah bentuk, detil dan rekayasa yang mencerminkan kesempurnaan manusia
- keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal
- dalam arsitektur, bangunan menampilkan keseimbangan antara elemen vertikal (kolom) dan elemen horisontal (balok) antara aksi dan istirahat dan geometri yang sempurna
- kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia: puisi, musik, kriya, patung, dan arsitektur
- tujuan setiap karya adalah bentuk, detil dan rekayasa yang mencerminkan kesempurnaan manusia
- keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal
- dalam arsitektur, bangunan menampilkan keseimbangan antara elemen vertikal (kolom) dan elemen horisontal (balok) antara aksi dan istirahat dan geometri yang sempurna
Ilustrasi kolom pada Athens Parthenon yang digembungkan sebagai
ilusi mata untuk memperlihatkan kolom yang lurus jika bangunan tinggi tersebut
dilihat dari depan, hal ini menunjukan hebatnya rasio peradaban ini
Gambar Nashville Parthenon, Amerika Serikat, replika Athens
Parthenon, Yunani
Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur tradisional Yunani lainnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum ada dan pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh seorang pemuka masyarakat.
Arsitektur.Romawi
-Budaya: imperium, etruska, nasionalis
- Nilai: helenisme
- Preseden: arsitektur yunani
- Contoh: Rome Pantheon, Italia; Maison Carrée, Prancis
- Warisan: kanonik: roman order, geometri, harmoni, proporsi, tektonik, enteleki; tipologi: rumah, pantheon (kuil), benteng, aquaduct, kuil, kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust (bagian servis pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium (pemandian air hangat), calidarium (pemandian air hangat); struktur: arch, vault, dome; material: batu bata
- Keprofesian: sedikit, bersifat insinyur, arsitek terkenal Marcus Vitruvius Pollio
Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelak Yunani akan jatuh dan menjadi bagian dari Romawi ketika satu per satu wilayah Yunani dipindahtangankan oleh Romawi dan Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yunani. Kelak Romawi dengan semangat helenismenya dalam menyebarkan kekuasaan akan membentuknya menjadi imperium (negara multimasional), etruska (negara multietnis), dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotik.
Romawi kedepannya banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerintahannya, kepercayaannya, bahkan arsitekturnya. Romawi menjadi negara imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya. Memilki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani (dewa langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter, Poseidon menjadi Neptunus, dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah menjadi Kristen iman Paulus.
Helenisme, semangat patriotik masyarakat Romawi disebarluaskan dengan meluasnya daerah imperium dan dari pristiwa itulah nilai-nilai klasik Yunani yang kemudian diadaptasi menjadi nilai klasik Romawi tersebar di semenangjung Eropa Barat, dataran Afrika Utara, hingga padang Arab dan Persia, membentuk sebuah budaya metropolis, adikuasa, serta mutahir dalam segi teknologi.
Helenisme Romawi sedikit mengurasi nilai rasionalisme Yunani. Budaya disebarluaskan begitu saja tanpa adanya pendalaman logika sehingga penerapannya dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban, dan dengan estetika yang lebih ekletik dan merdeka.
Gambar Rudolf von Alt - Das Pantheon und die Piazza della Rotonda
in Rom, menggambarkan suasana peradaban Romawi dahulu
Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa arsitektur lain tetangga imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi berupa basilika (pengembangan parthenon), pantheon (parthenon dengan tipologi denah lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust (bagian servis pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium (pemandian air hangat), calidarium (pemandian air hangat).
Gambar Rome Pantheon, Italia
Gambar Maison Carrée, Prancis
Gambar denah Rome Pantheon dan denah-denah pantheon lain
pengembangan dari denah parthenon Yunani
Arsitektur klasik Romawi memiliki banyak jenis pemandian karena dalam budayanya bath (pemandian) adalah tempat berinteraksinya masyarakat, seperti agora bagi masyarakat Yunani sebelumnya. Dalam pengembangannya, arsitektur klasik Romawi mengembangkan roman order (dari greek order), tipologi baru berupa parthenon (partheon dengan tipologi denah lingkaran), pergamon (partheon yang lantai dasarnya ditinggikan), teknik konstruksi baru seperti arch, vault, dome yang semua kebanyakan diterapkan dari arsitektur mesopotamia, serta penemuan material baru batu bata, karena arsitektur klasik Romawi masih mengadopsi arsitektur Yunani namun bukan lagi menggunakan batu sebagai materialnya (karena kekayaan SDA yang berbeda).
Gambar Caracalla Bath, Romawi
Gambar Priene Bouleuterion, Italia
Gambar detail kolom menurut roman order (disandingkan
dengan greek order)
Gambar interior Rome Pantheon, memperlihatkan struktur baru berupa
arch (lengkungan), vault (kolong ruang), dan dome (kubah)
Masih
sama seperti kebanyakan arsitektur Yunani, arsitektur Romawi hampir seluruhnya
anonim, karena dikerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum adanya
profesi arsitek. Budaya akan profesi arsitekpun mulai diubah dengan adanya
Marcus Vitruvius Pollio, seorang insinyur militer dan penulis buku Ten Books of
Architecture yang banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk
dalam segi keprofesian. Kalimat terkenal dari bapak arsitek ini kedepannya
menjadi definisi arsitektur secara umum yakni venustas (keindahan), utilitas
(kegunaan), dan firmitas (kekokohan). Dengan adanya karya Vitruvius lahirlah
keilmuan dan keprofesian arsitektur seperti saat ini.
Gambar Vitruvius dan karyanya 10 Books of Architecture
BAB II
ARSITEKTUR
MODERN
Sejarah awal arsitektur modern
Pada awalnya Arsitektur Modern muncul sekitar
tahun 1750-an di Eropa, dengan beberapa ciri khas yaitu munculnya arsitektur
bergaya Romantic Classicicm atau yang lebih dikenal dengan aliran
Neoklasik, adanya tata kota ideal dan rekayasa teknologi. Sebenarnya Arsitektur Modern baru muncul di Eropa
sekitar tahun 1860-an setelah dibangunnya Crystal Palace, sebagai suatu reaksi akibat ketidak puasan akan gaya arsitektur klasik
dan kombinasinya pada abad 18. Sedangkan di Amerika, gaya ini mulai muncul sekitar tahun 1880-an.
Akibat adanya berbagai gagasan baru, salah satunya adalah adanya peran
teknologi dalam perancangan bangunan yaitu penggunaan bahan-bahan baru seperti
beton, besi, baja, kaca, dan sebagainya, mulailah muncul berbagai macam
struktur yang sekaligus mempengaruhi bentuk-bentuk bangunan yang sebelumnya
tidak ada. Gagasan baru tersebut terangkum dalam prinsip-prinsip Arsitektur
Modern.
Arsitektur Modern dapat dianggap sebagai
suatu debat atau argumen terhadap peran arsitektur klasik. Arsitektur Klasik
mencerminkan banyak pandangan seperti moral atau ekstravagan, imperialisasi atau republik, bahkan
intelektualitas atau militerisme. Tanpa disadari oleh beberapa Arsitek, ada
beberapa karya arsitek yang mengaku sebagai hasil cipta klasik tapi mempunyai
ciri modern, dan sebaliknya ada juga karya arsitek yang menyatakan sebagai
karya arsitektur bergaya modern tapi nyatanya malah bergaya klasik. Salah satu
pengaruh terpenting dan terbesar pada arsitektur modern ini adalah gerakan Arts and Crafts, yang ditemukan pada pertengahan abad 18
oleh William Morris di Inggris. Morris mengkritik kualitas
artistik yang miskin akan hasil produksi mesin pada saat revolusi Industri.
Meskipun Morris tidak merancang bangunan, pengaruhnya memberi motivasi akan
kebebasan dan semangat bereksperimen yang mendapatkan peran penting dalam
arsitektur.
Gerakan modern dipercaya sebagai sesuatu yang
baru dan segala bentuk klasik tidak diterima oleh para arsiteknya. Pada umumnya
arsitektur modern sengaja menciptakan pandangan yang mencerminkan ide tentang
masyarakat industri, berdasarkan kesederajatan dan biasanya mempunyai sikap
untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap salah di masa lalu. Pandangan baru
tersebut, seperti masyarakat baru, umumnya tidak dimengerti atau belum dapat
diterima masyarakat lain. Sangat ironis apabila gerakan modern ini menolak
keberadaan tradisi klasik karena tanpa diduga banyak juga karya arsitektur
modern yang terdapat unsur tradisi aristektur klasik di dalamnya, masih
mengadopsi beberapa bentuknya, dari urutan sampai pada bentuk kubahnya (dome),
dan dengan inilah karya tersebut dapat mengkomunikasikan nilai (pesan)
tertentu, sehingga satu sama lain berbeda. Usaha untuk menghilangkan tradisi
tersebut sulit memang tidak pernah berhasil.
Gerakan modern ini sebenarnya lebih
mengutamakan pada konstruksi dan beauty atau keindahan. Di sini semua gerakan di alam dianggap mempunyai
konstruksi sehingga menjadi indah. Dinamis tetapi tetap sebuah konstruksi yang
kaku tidak lagi statis, selalu dalam keadaan equilibrium namun tidak
kaku. Pada saat itu gerakan ini harus internasional atau men-dunia dan
dipraktekkan oleh semua arsitek pada saat itu. Semua benda mempunyai bentuk
yang pas seperti bentuk bendungan dan bangunan penyimpanan gandum yang bentuknya
serupa di seluruh dunia. Bahan-bahan pabrik seperti kaca sangat digemari dimana
pada saat itu kaca dapat membentuk sebuah volume ruang. Bagian dalam dapat
terlihat dengan menggunakan kaca bagian luarnya menampilkan sebuah kejujuran.
Arsitektur modern yang mulai muncul pada
sekitar tahun 1750 di Eropa mempunyai beberapa tanda, antara lain :
Ø Kehadiran arsitektur modern seiring dengan sedang munculnya Romantic
Classicism, istilah populernya adalah Neoklasik. Gaya ini dianggap serius apabila melibatkan emosi yang mengakibatkan prinsip-prinsip arsitektur
klasik tidak diterapkan sepenuhnya melainkan cenderung lebih condong memilih
(gabungan) gaya yang disukai saja, seperti gaya arsitektur Gothic dan Ionic.
Ø Adanya tata kota ideal, karena sejak 1750 timbul suatu masalah yaitu
banyaknya tempat kumuh. Hal ini membangkitkan gagasan kota ideal yang
menyangkut polis, yang merupakan komponen masyarakat yang diatur sehingga hidup
selaras dan seimbang. Bagaimana cara mengatur sebuah lahan menjadi bangunan
merupakan bahan pertimbangan pembangunan kota itu sendiri, dengan kata kunci
“mandiri” atau self-sufficient.
Ø Adanya peran rekayasa dan teknologi. Insinyur sipil mulai banyak, yang
kemudian mulai muncul bahan-bahan serta bahan-bahan campuran baru seperti
cairan aspal, beton, baja dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi pembangunan,
terutama pada struktur bangunan sehingga mulai muncul bentuk-bentuk baru baik
itu struktur atau penampakkannya.
Sebenarnya arsitektur modern baru muncul
sekitar tahun 1860-an di Eropa dengan bangunan pertama yaitu Crystal Palace. Bentuk-bentuk yang digunakan merupakan
bentuk-bentuk rasional yaitu kaku biasanya berbentuk kotak terlihat masif dan
jarang terdapat ornamen-ornamen penghias seperti halnya pada gaya-gaya atau
aliran-aliran sebelumnya. Penerapan bahan-bahan baru dapat terlihat pada
bangunan ini seperti penggunaan struktur besi, baja dan kaca serta beton.
Sedangkan di Amerika, arsitektur modern mulai muncul sekitar
tahun 1880-an, dimana banyak dibangun gedung-gedung bertingkat tinggi dengan
struktur yang menggunakan bahan-bahan baru hasil fabrikasi terutama bahan baja.
Prinsip-prinsip arsitektur modern antara lain
:
Ø Sistem firmitas atau sistem kekokohan, dimana tiang dan lantai merupakan
satu kesatuan atau saling mengikat, ada pondasi dan penghubung lantai dasar sebagai pengikat
konstruksi. Jadi pada arsitektur modern ini lebih menonjolkan pada
bentuk-bentuk yang dianggap kokoh.
Ø Adanya penggunaan bahan hasil pabrikasi untuk penutup atau kulit
bangunan. Karena adanya revolusi industri yang banyak menyebabkan penggunaan
bahan-bahan pabrik menjadi tren saat itu. Bahan-bahan yang banyak digunakan
pada saat itu yaitu bahan-bahan baru seperti besi, baja, beton dan kaca. Para
arsitek pada saat itu sednag gemar-gemarnya menggunakan bahan-bahan ini.
Ø Terdapat sistem grid pada denah, tidak mempunyai pusat tertentu dan
bentuknya biasanya asimetri. Disini denah sudah lebih kaya akan bentuk dan
tidak berbentuk simetris seperti pada denah-denah bangunan beraliran klasik
sebelumnya. Dan tidak mempunyai pusat-pusat tertentu.
Ø Selalu ada bukaan-bukaan (lubang-lubang) karena pada saat itu arsitek
sudah mulai memikirkan bagaimana menciptakan bangunan yang sehat yang
diantaranya dengan menggunakan banyak bukaan-bukaan (lubang-lubang) sebagai
sirkulasi udara agar udara lebih nyaman di dalamnya.
Ø Alam dipinjam (dipasang) agar telihat sebagai ornamen tapi tidak menjadi
bagian dari bangunan. Di bangunan-bangunan modern penggunaan tanaman-tanaman hias merupakan pengganti dari ornamen-ornamen estetis yang terdapat pada
bangunan aliran sebelumnya.
Ø Adanya kontak dengan alam baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung. Alam disini mulai diperhatikan kembali sebagai unsur yang penting
baik itu sebagai penunjang kenyamanan maupun kesehatan lingkungan bangunan.
Ø Ada keinginan akan sebuah lingkungan yang sehat, jarak antar bangunan
berjauhan. Telah saya jelaskan diatas bahwa arsitek beraliran modern mulai
kembali memperhatikan kesehatan bangunan salah satunya juga dengan cara
memperjauh jarak antar bangunan disamping juga sebagai penambah unsur keindahan
dari bangunan itu sendiri lepas dari bangunan-banguna lain disekitarnya.
Ø Arsitektur modern bertulang punggung pada teknologi (dasar semua
permasalahan).
Pada saat tahun 1850-an muncul sebuah gelar
baru yaitu insinyur. Insinyur disini selain ahli bangunan juga bisa membuat
bangunan-bangunan tinggi atau pencakar langit juga dapat membuat bangunan
dengan struktur-struktur yang panjang seperti jembatan. Sehingga pada akhirnya
muncul istilah “ Form Follows Function “ yang dicetuskan oleh Louis
Sullivan dimana bangunan yang baik tidak harus indah namun ‘ benar ‘
makna, fungsi dan lain-lainnya. Pada saat itu bangunan –bangunan modern juga
sudah mulai berubah bentuknya misalnya pada bangunan-bangunan tinggi pada
lantai 1 dan lantai 2-nya diberi ruang besar , mezanin dan terdapat tangga
utama yang besar. Selain itu untuk memecah kekakuan pada penampakkan fasad-nya
diberilah aksen diatas-atas bangunan tinggi tersebut seperti yang dilakukan
pada gaya-gaya Art Nouveau. Namun pada saat itu arsitek besar seperti Louis
Sullivan tidak banyak mencipatakan sebuah bangunan hanyalah karena
bangunan-bangunan ciptaannya banyak ditiru dan dijiplak oleh arsitek-asitek
lain pada zamannya. Namun kemudian Louis Sullivan menurunkan ilmunya ini
kepada muridnya yang akhirnya juga menjadi arsitek besar pula yaitu Frank
Loyd Wright.
Kemudian arsitek memanfaatkan pengetahuan
yang dipunya oleh insinyur. Dan akhirnya arsitek lebih kreatif dan mempunyai
konsep pemikiran yang lebih dalam daripada insinyur, karena arsitek juga
mempunyai pengetahuan tentang ilmu seni yang tidak dipunyai oleh insinyur yang
hanya mempunyai ilmu teknik yang paten.
Kemudian pada sekitar tahun 1920-an muncullah
suatu periode yang disebut dengan Periode Heroic, dimana dimasa itu
merupakan jaman penekanan ego pribadi, selain itu sudah berkurangnya
ornamen-ornamen yang menghiasi bangunan, namun ornamen-ornamen disini berfungsi
sebagai pemberi status, fungsi dan diletakkan di tempat-tempat tertentu.
Sehingga kesimpulannya adalah bahwa di masa ini telah terjadi penyederhanaan
ornamen-ornamen. Di sini massa-massa bangunan juga dibuat ekspresif namun
menggunakan bahan-bahan pabrik sehingga mempunyai ekspresi yang khas contohnya
penggunaan bentuk-bentuk melengkung dan skylight. Periode ini juga
ditandai dengan keadaan politik Eropa yang saat itu tengah memanas yang
menyebabkan munculnya berbagai macam aliran. Seperti adanya Naziisme di Jerman
dimana bangunan pada saat itu harus berfungsi sebagai monumental, sedangkan di
Italia adanya Fasisme yang mengakibatkan bangunan-bangunan pada saat itu secara
teknis mengikuti bentuk-bentuk bangunan klasik. Jadi dapat dilihat bahwa pada
saat itu karya-karya arsitektur haus monumental dan prinsip–prinsip arsitektur
klasik. Zailgeist yaitu arsitektur mengikuti perkembangan mekanisasi
yang terjadi sedangkan Will to form yaitu bahwa perancangan bangunan
diserahkan sepenuhnya oleh arsitek yang merancangnya.
Pada tahun 1920 hingga 1930 bangunan yang diciptakan
kebanyakan adalah bangunan-bangunan tinggi atau bangunan pencakar langit.
Karena pada saat itu ada anggapan bahwa semakin tinggi sebuah bangunan semakin
hebat. Di Jerman pada saat itu ada istilah Neve Sachlichkeit atau Neuwe
Zakelijaheid di Belanda yaitu sebuah sifat objektif yang baru. Dan di
daerah Skandinavia yang pada saat itu tidak tersentuh oleh dinamika politik
yang tengah memanas di Eropa Tengah mengakibatkan gerakan modernnya berbeda
dengan di daerah Eropa tengah tersebut, bentuk-bentuk bangunan di sana mengalah
pada lansekap atau alam.
Akibat rasa optimis yang tinggi dan sikap
yang idealis dari masyarakat modern, arsitektur modern mulai menandakan
tanda-tanda kegagalannya. Para arsitek dari gerakan modern mempunyai suatu
tujuan yaitu untuk menciptakan suatu gaya internasional atau Internasional
Style, yang diterima secara internasional dan seragam. Internasional
Style sebenarnya merupakan perumusan ide-ide dari para pionir arsitektur
modern seperti Hoffmann, Loos, Frank Loyd Wright, dan Walter Gropius.
Ciri khas bangunan bergaya internasional adalah penerapan bentuk-bentuk
geometri, dinding berwarna polos (putih), dan atap yang datar, serta biasanya
terdapat taman di sekitarnya. Banyak karya-karya arsitektur yang mengadopsi
dari revolusi industri.
Prinsip-prinsip bangunan bergaya
International yaitu :
Ø Volume metrik
Ø Regularity
Ø Anti ornamen terapan
Internasional style masih tetap populer ke seluruh dunia hingga
sekitar tahun 1950-an. Pada saat itu banyak arsitek muda yang menentangnya. Mereka
percaya bahwa gaya ini tidak mempunyai banyak variasi dalam desainnya karena
keterikatannya pada bentuk geometri yang sederhana dan kurangnya dekorasi.
Sehingga pandangan industri yang diterapkan pada semua bangunan menjadi dasar
permasalahan yang sering dikritik. Penerapan ini gagal menampilkan kepentingan
akan fungsi dari berbagai bangunan, seperti perumahan, gedung perkantoran dan
institusi-institusi baik pendidikan maupun kebudayaan, memiliki bentuk yang
mirip sehingga terlihat sama, dan yang hanya dapat menandakan fungsinya adalah
penggunaan skala yang berbeda.
Kelompok arsitek pertama yang menentang gaya
tersebut menamakan diri the Brutalists. Mereka mendasari desainnya pada
pekerjaan akhir Le Corbussier, dan membuat bangunan yang polos dan masif
dengan bahan campuran / konkrit yang kasar serta kuat. Pemimpin kelompok ini
adalah Kenzo Tange (Jepang), J. Sterling dan Gowan
(Inggris), dan Paul Rudolf (Amerika).
Sekitar tahun 1970-an dunia telah berubah dan
kesemuanya diatur oleh Amerika. Kemudian timbul Perang Dingin yaitu antara Blok
Barat yang lebih menekankan industrialis dan Blok Timur yang sangat tertutup
sehingga disebut dengan Tirai Besi. Namun pada saat itu setiap negara mempunyai
program-program pembangunannya sendiri. Pada saat itu di Amerika terdapat 3
karakter yang mempengaruhi karya-karya arsitektur diantaranya adalah formalis
seperti Paul Rudolf yang lebih mengutamakan ekspresi bentuk kemudian
perfeksionis seperti I.M.Pei dimana lebih mengutamakan kesempurnaan
setiap detail dan bentuk. Sedangkan yang terakhir yaitu produktivitas yang
lebih mengutamakan pada kemajuan teknologi, efisiensi dan optimalisasi. Di
Belanda arsitek-arsitek disana kembali meneruskan gaya arsitektur modern lama,
metabolisme dan split level seperti yang dilakukan oleh Le Corbussier
dan Van der Grough. Di Prancis banyak menggunakan teknologi logam
seperti pembangunan menara Eiffel jadi anggapan disana bahwa bangunan yang
menarik yaitu bangunan yang bisa dirakit. Di Jerman lebih mengutamakan
pengekspresian bentuk-bentuk manufaktur, bangunan yang bisa dirakit serta
mengutamakan bentuk-bentuk yang ekspresif. Di Skandinavia, Alvaro Alto
sebagai arsitek penggerak disana lebih mengutamakan bentuk-bentuk konservatif
dan bangunan harus mempnyai unsur-unsur alam. Di Asia seperti di Jepang lebih
mengutamakan bentuk-bentuk formalis dan metabolis yang digerakkan oleh Kenzo
Tange. Sedangkan di India dipengaruhi oleh LeCorbussier dan Charles
Korea yang mengutamakan bangunan-bangunan arsitektur tropis.
Pada tahun 1970-an itu pula terbitlah sebuah
buku yang berjudul “Complexity and Contradiction”. Dan ada anggapan
bahwa bangunan harus kompleks dan ramai tidak ada lagi regularity dan
simetris. Ornamen-ornamen bangunan timbul karena fungsi seperti adanya antena
sebagai sebuah sculpture. Charles Jenks menilai pada saat itu ada enam
situasi penciptaan karya-karya arsitektur yaitu situasi historis, stylish,
tradisional, urban, super modern dan situasi adhoc. Kemudian timbul pula
aliran baru yang bernama aliran kalsik pasca modern yang berkembang karena
situasi historis pada tahun 1980-an. Maksud dari pasca modern disini yaitu
sebuah upaya untuk menghadirkan lebih dari sebuah pemahaman dari sebuah karya
arsitektur. Kebanyakan karya-karya arsitektur, gaya dan tipe berasal dari
Barat, namun kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia, ini semua
tergantung dari berkembangnya teknologi di bidang komunikasi.
Mungkin sekarang, gerakan arsitektur yang dikenal
dan paling kontroversial adalah Post-Modernism. Gerakan ini dimulai
sekitar tahun 1960-an di Amerika. Gerakan ini tidak mempunyai gaya atau teori
umum tertentu. Mereka bergabung hanya karena menentang internasional style.
Salah satu arsitek terkenal pada saat itu adalah Robert Venturi.
Sebagian besar arsitek Post-Modern mengembalikan gaya-gaya terdahulu (klasik),
yang sempat diabaikan oleh arsitek-arsitek modern awal, dengan menerapkan unsur
tradisi gaya tersebut pada karya-karyanya. Ketertarikan akan gaya-gaya dahulu
didasari akan keinginan untuk memelihara / menjaga gedung-gedung tua dan
mengadaptasinya untuk dipergunakan sebagai sesuatu yang baru atau dengan kata
kata lain bangunan tua tersebut akan memiliki fungsi baru. Sebagian besar karya
arsitek Post-Modern adalah bangunan-bangunan berukuran kecil seperti rumah dan
toko.
Kesimpulannya
adalah bahwa sebenarnya arsitektur modern tidak sepenuhnya mati karena
arsitektur modern dianggap sebagai asal-muasal gaya arsitektur sekarang.
Sehingga banyak karya arsitektur sekarang yang masih mengadopsi prinsip-prinsip
arsitektur modern, meskipun dalam desainnya terjadi penggabungan gaya lain,
seperti gaya klasik-Renaissance, Neoklasik, dan sebagainya. Dengan kata
lain jiwa arsitektur modern masih dapat dilihat dan dirasakan pengaruhnya pada
desain suatu bangunan.
Masa kedatangan arsitektur modern
dalam makalah ini
membahas tentang arsitektur modern, Arsitektur moderen pertamkali muncul
dan dikenal dibarat bersamaan dengan revolusi industri (1760-1870), selain
berdampak terhadap perkembangan tehnologi juga berdampak pada perkembangan
budaya dan sosial-politik. Dalam penerapannya era perkembangan arsitektur
ini disesuaikan dengan warna dan corek arsitektur yang sesuai dengan zaman
tersebut.
Masa era
arsitektur moderen juga bisa disebut masa peralihan, yaitu masa peralihan dari
primitive, tradisional, neo klasik (abad ke-20) menuju masa corak design
arsitektur yang lebih maju (abad ke-21). Masa peralihan ini pun nantinya akan
terus belanjut dari satu era corak arsitektur yang satu ke masa arsitektur yang
lainnya (yang lebih pas atau cocok dengan zamannya). Era arsitektur moderen ini
ditandai dengan penyederhanaan ide-ide design dari ide-ide design yang
berbentuk yang rumit dan bertele-tele.
Karena design ini lebih simple dan mencantumkan setruktur yang kokoh maka pada era perang dunia ke dua, ide design ini banyak sekali diminati dan menjadi trend sampai sekarang ini.
Arsitektur
moderen lebih banyak berhubungan dengan (form follows function). Gerakan modern
dalam arsitektur mencoba menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan
bangunan dengan adanya pengaruh revolusi industri (akibat kurangnya pengertian
tentang bagaimana tersebut bekerja). Contohnya diJepang sejarah desain
parametrik banyak dikembang, dalam pergerakan arsitektur yang dipelopori oleh
Kenzo Tange.
- Dalam satu segi merupakan perkembangan dari zaman keiayan (heroic period) dari hasil akhir Le Corbusier.
- Dan dari segi lain; mirip dengan gerakan super sensualis (yang menggambarkan keabsolutan teknologi yang kontras dengan nilai tradisional)
Dimana
aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini, sebab Jepang banyak
mengambil ide dan image, dan kemudian secara sistematis menyempurnakannya
(sehingga pada umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal dari ide tersebut).
Masa
jaya arsitektur modern
Masa jaya ini terjadi pada kurun waktu
tahun (1880 – 1890) seiring dengan dimulainya
revolusi industry ke-dua, masa jaya ini ditandai dengan menggubah
proses produksi yang tadinya dilakukan diindustri rumahan digantikan dengan
pabrik-pabrik besar, sehinnga melibatakan mesin-mesin produksi secara
besar-besaran guna mencapai hasil yang sesuai diinginkan dan mempersingkat
proses penyelesaian pembanggunan.
Masa ini juga mempengaruhi
fungsi atau peran seorang Arsitek dalam keterlibatannya pada prosese pembangunan.
Dimana fungsi Arsitek yang pertama adalah memeperhitungkan bangunan dari segi
bentuk, fungsi, dan ruang. Dan peran yang ke-dua adalah sebagai pihak yang
menghitunggkan bangunan dari segi struktur dan kontruksi.
Arsitektur modern itu timbul karena
adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang membuat manusia cenderung untuk
sesuatu yang ekonomis, mudah dan bagus. Hal itu dapat dilihat dari adanya
penemuan – penemuan seperti dinamit yang memudahkan manusia untuk menggali
lubang atau penggunaan mesin yang dapat mempercepat produksi dan menghemat
tenaga manusia. Tapi itu semua tidak membuat manusia senang karena penggunaanya
yang disalahgunakan, karena dinamit yang mestinya membantu manusia malah
mencelakakan manusia, yang memudahkan manusia malah menyulitkan manusia itu
sendiri. Berarti apa yang dibuat didalam jaman modern itu belum tentu
bagus/masih ada kekurangannya. Dikatakan masih ada kekurangannya karena yang
diciptakan manusia itu pada dasarnya tidak ada yang sempurna selain itu
penggunaan yang disalah gunakan bisa membuat karya manusia itu berbalik
menjatuhkan manusia itu sendiri.
Arsitektur Modern sebelum Perang Dunia
I dimulai dengan adanya pengaruh Art Nouveau yang banyak menampilkan keindahan
plastisitas alam, dilanjutkan dengan pengaruh Art Deco yang lebih
mengekspresikan kekaguman manusia terhadap kemajuan teknologi. Konsep tersebut
kemudian dimanifestasikan ke dalam media arsitektur dan seni, serta gaya hidup.
Arsitektur modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan
dengan gaya karakteristik serupa, yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan
menghapus segala macam ornamen. Pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada
tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan
menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam abad ke 20 ini.
Asal dan karakteritis arsitektur
modern sampai sekarang ini masih di perdebatkan dalam kalangan arsitek.
Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal
sosial yang kelat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan, suatu hasil
dari perkembangan sosial dan politis. Arsitektur lainnya yang melihat gaya
modern sebagai sesuatu yang di kendalikan oleh teknologi dan pengembangan
produk dan dengan munculnya bahan-bahan yang dipakai dalam membangun gaya
bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan
pengetahuan bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidanga
Revolusi Industri. Pada tahun 1796, Shrewsbury dengan gaya desainnya ohwis yang
tahan api, yang mana gaya ini bersandar pada besi cor dan batu bata. Konstruksi
seperti itu sangat memperkuat struktur bangunan, yang memungkinkan mereka untuk
mengakomodasi banyak mesin yang lebih besar.
Sejarawan lain menghormati pandangan
modern sebagai suatu reaksi melawan terhadap gaya ekletik dan mencurahkan
perhatian mereka kepada gaya Jaman Victorian dan gaya Seni Nouveau. Pada tahun
1900 sejumlah arsitek di seluruh muka bumi mulai mengembangkan gaya arsitektur
mereka beralih dari arsitektur yang klasik ( Gotik sebagai contoh) dengan
berbagai kemungkinan teknologi baru.
Arsitek Louis Sullivan dan Frank Llyod
Wright di Chicago, Viktor Horta di Brussels, Antoni Gaudi di Barselona, Otto
Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di Glasgow, dan masih banyak
lagi arsitektur modern lainnya berusaha membangun gaya modern pada bangunan
dengan meninggalkan gaya lama.
Sejak tahun 1920 yang paling
terpenting dalam gaya bangunan adalah gaya arsitektur modern yang telah
menetapkan reputasi mereka. Tiga arsitektur modern terbesar adalah Le Corbusier
di Perancis, Mies van der Rohe dan Walter Gropius di Negara Jerman. Mies van
der Rohe dan Gropius keduanya adalah arsitektur yang menangani gaya Bauhaus.
Arsitek Frank Llyod Wright sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur modern di Eropa. Wright adalah salah
satu dari sekian banyaknya arsitektur yang sangat berpengaruh dalam dunia
perarsitekturan. Pada tahun 1932 didakan pameran MOMA, Pameran Internasional
Arsitektur Modern, yang dilakasanakan oleh Philip Johnson dan kolaborator
Henry-Russell Hitchcock.
Arsitektur moderen lebih banyak
berhubungan dengan (form follows function). Gerakan modern dalam arsitektur
mencoba menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan bangunan dengan adanya
pengaruh revolusi industri (akibat kurangnya pengertian tentang bagaimana
tersebut bekerja). Contohnya di Jepang sejarah desain parametrik banyak
dikembang, dalam pergerakan arsitektur yang dipelopori oleh Kenzo Tange.
Dalam satu segi merupakan perkembangan
dari zaman keiayan (heroic period) dari hasil akhir Le Corbusier. Dan dari segi
lain, yaitu mirip dengan gerakan super sensualis (yang menggambarkan
keabsolutan teknologi yang kontras dengan nilai tradisional). Dimana
aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini, sebab Jepang banyak mengambil
ide dan image, dan kemudian secara sistematis menyempurnakannya (sehingga pada
umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal dari ide tersebut).
Berikut ini adalah beberapa latar
belakang yang mendasari munculnya arsitektur modern, yaitu sebagai berikut
:
·
Dalam dunia arsitektur seringkali terjadi
perubahan yang selaras dengan perkembangan teknologi, politik, sosial,
ekonomi.
·
Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua
keahlian, yaitu arsitek dalam hal fungsi; ruang dan bentuk disatu pihak dan
akhli struktur dan konstruksi dalam hal perhitungan dan pelaksanaan.
Karakteristik Arsitektur modern pada
umumnya
·
Menolak
gaya lama;
·
Menolak
bordiran atau ukiran dalam bangunan;
·
Menyederhanakan
bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu;
·
Mengadopsi
prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil bangunan
·
Memandang
bagunan sebagai mesin.
Beberapa pendapat tentang Arsitektur
Modern
·
Form
follows function, yang dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough (Louis
Sullivan);
·
Less
is more, yang diumumkan oleh Arsitek Mies van der Rohe;
·
Less
is more only when more is too much, yang dikatakan oleh Frank Llyod Wright;
·
Less
is a bore, yang dicetuskan oleh Robert Venturi, pelopor arsitektur Postmodern.
Arsitektur modern Indonesia
Sejak awal tahun
1960-an, literatur barat mulai masuk ke dunia pendidikan arsitektur di
Indonesia. Karya-karya dan pemikiran-pemikiran para arsitek terkemuka seperti
Walter Gropius, Frank Llyod Wright, dan Le Corbusier menjadi referensi normatif
dalam diskusi di kelas dan latihan di studio, sehingga karakter pendidikannya
menjadi lebih akademis. Iklim politik pada saat itu sangat berpengaruh terhadap
penerimaan masyarakat terhadap teori dan konsep arsitektur modern, karena pada
masa ”Demokrasi Terpimpin” (1957-1965) di bawah Presiden Sukarno, ”modernitas”
diberikan oleh kepentingan simbolis yang merujuk pada persatuan dan kekuatan
nasional.
Di Indonesia, gaya modern yang diterapkan terkadang masih memiliki unsur-unsur estetika yang diusung dari gaya klasik ataupun etnik, sedangkan sebagian lagi telah memenuhi kaidah desain modern murni. Masih sering didengar istilah arsitektur klasik modern, arsitektur modern etnik, arsitektur tradisional modern, arsitektur bali modern, dan sebagainya. Di Indonesia, terdapat kecenderungan untuk memasukkan unsur tradisi ornamen yang menjadikannya sebuah kategori arsitektur yang ambigu, apakah modern, ataukah postmodern?[1]
Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia" dengan karakter sebagai beriku.
Di Indonesia, gaya modern yang diterapkan terkadang masih memiliki unsur-unsur estetika yang diusung dari gaya klasik ataupun etnik, sedangkan sebagian lagi telah memenuhi kaidah desain modern murni. Masih sering didengar istilah arsitektur klasik modern, arsitektur modern etnik, arsitektur tradisional modern, arsitektur bali modern, dan sebagainya. Di Indonesia, terdapat kecenderungan untuk memasukkan unsur tradisi ornamen yang menjadikannya sebuah kategori arsitektur yang ambigu, apakah modern, ataukah postmodern?[1]
Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia" dengan karakter sebagai beriku.
- Memiliki perhatian yang besar terhadap fungsi ruang, yang didapatkan dari pola aktivitas penghuni.
- Memiliki perhatian yang besar terhadap material bangunan yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir (estetika) yang diinginkan.
- Memiliki analogi mesin dalam penataan dan pengembangan ruang-ruang.
- Menghindari ornamen (bila murni gaya modern), atau menggunakan ornamen (bila postmodern, atau diberi embel-embel semacam: arsitektur modern etnik, arsitektur modern Bali, dan sebagainya).
- Penyederhanaan bentuk dan ornamentasi dan penghilangan detail yang 'tidak diperlukan' sejauh keinginan desainer (atau pemilik bangunan).
Periode Sejarah
Arsitektur Modern
1. Hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang
lebih “manusiawi” yang diterapkan pada bangunan.
2. Totalitas
daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran
modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru,
progresip, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala
bentuk pranatanya.
3. Asitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur
yang artistik & estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah.
Arsitektur
modern tidak bermula dengan revolusi yang tidak dengan tiba – tiba membuang yang
pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu – satunya rupa
arsitektur, tetapi secara setahap demi setahap menghapuskan ornamen – ornamen
dan dekorasi yang digantikan oleh geometri. Arsitektur modern diketahui telah
berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1920 hingga
1960 .
Pendorong
Pertumbuhan Arsitektur Modern yaitu antara lain:
Ø Pendidikan
formal mengajarkan & mendorong pemikiran modern
Ø Adanya
fungsi-fungsi kebutuhan baru yang mendesak (istana/puri keagamaan ,pabrik,
kantor, stasiun, dsb).
Ø Penggunaan
bahan dan penanganannya sangat mudah, karena segala sesuatunya dibuat,
direncanakan di dalam Pabrik.
Ø Adanya
promosi tentang keberadaan arsitektur modern melalui pameran-pameran, publikasi
dan perdebatan.
Ø Perencanaan
suatu bangunan dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, tidak dari bentuk luar.
Sehigga manusia dapat menuntut apa yang dibutuhkan secara mutlak.
Arsitektur
modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam teknologi
,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri ( 1760 – 1863
) . Pada umumnya perubahan-perubahan di dalam bidang arsitektur selalu
didahului dengan perubahan dalam masyarakat karena itulah Revolusi Industri
juga berakibat pada perubahan dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya
arsitektur modern yaitu:
1. Perubahan
dalam bidang teknologi bangunan terutama dalam bidang konstruksi / struktur
bangunan (1775 – 1939).
2. Perubahan
pada perkotaan atau perkembangan kota-kota (1800 – 1909).
3. Perubahan
dalam kebudayaan yang menyangkut gaya neoklasik (1750 – 1900)
Adapun
tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut:
1. PERIODE I (1900 – 1929)
Mulai
tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam dunia
Arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen yang
dilakukan oleh perorangan maupun kelompok, Eksperimen tersebut, diungkapkan
sebagai sebuah pertentangan yang mana dibutuhkan 40 tahun untuk mengubah
Arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal sebagai Arsitektur Modern. Hal
yang menjadi Pertentangan tersebut antara lain : Arsitektur sebagai art
vs Arsitektur sebagai science, Arsitektur sebagai form vs Arsitektur
sebagai space, Arsitektur sebagai craft vs Arsitektur sebagai
assembly dan Arsitektur sebagai karya manual vs Arsitektur sebagai
karya machinal.
Arsitektur
modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan
hancurnya sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep
ruang arsitektur sebelumnya dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi &
kemulyaan, maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga ditunjang faktor
komposisi, rasio, dimensi manusia. Mulai
berkembang konsep “free plan”, atau “universal plan”, yaitu ruang yang ada
dapat dipergunakan unt berbagai macam aktifitas, ruang dapat diatur fleksibel
dan dapat digunakan fungsi apa saja. “Typical
Concept” mulai berkembang yaitu ruang- ruang dibuat standar dan berlaku
universal.
Penggunaan konsep ekonomis
mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan
bahan mulai Nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus,
terutama pada bangunan bertingkat tinggi antara (arsitektur “kotak korek”
dengan menggunakan struktur beton dan baja). Konsep
“Open Space” Nampak dengan menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.
Pemakaian
bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk polos. Ornamen dianggap
sebagai suatu kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan
sejarah dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang juga bersifat universal) dan juga manusianya. (gaya
universal sebagai international style). Pada bulan September 1930 telah
diadakan suatu konggres oleh CIAM (Congres Internationaux d’Architecture
Moderne) yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa
dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yg
ditimbulkan zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari
elemen-elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi,
sosiologi, dan kemasyarakatan) yg secara keseluruhan siap melayani umat
manusia. Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain
adalah FORM FOLLOWS FUNCTION yang dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago),
dengan beberapa ciri sebagai berikut:
1. Ruang yang
dirancang harus sesuai dengan fungsinya.
2. struktur
hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa lampau (tanpa
ornamen).
3. Bangunan
tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
4. Fungsi
sejalan/menyertai dengan wujud.
Tokoh pada
periode I ini antara lain adalah:
Ø Louis
Sullivan.
Ø Frank Lloyd
Wright
Ø Le Corbusier
Ø Walter
Gropius
Ø Ludwig Mies
van de Rohe
2. PERIODE II (1930-1939).
Pada periode II
perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh Eropa, Amerika dan
Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim, keadaan tanah,
corak tradisi, yang bisa mempengaruhi apresiasi bentuknya. Perkembangan metode
hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur tidak lagi bersifat universal, akan
tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tempat dimana bangunan itu
didirikan, mempunyai hubungan erat dengan spesivikasi kedaerahan dan
keregionalan.Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya International Style
atau Universal Style dari arsitektur modern pada peride ini diwarnai oleh
tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan – memperhatikan penggunaan
bahan-bahan local / setempat.
Pada
prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian, perkembangan
teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia dan lingkungan)
dengan tidak mengurangi rasa kesatuan yang disebut kemanusian, akal dan seni
dari arsitektur modern.
Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan perencanaan yang obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah artikan.
Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan perencanaan yang obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah artikan.
Tokoh
arsitektur yang menonjol pada Periode II ini adalah:
Ø Alvar Aalto
Ø Arne
Jacobsen
Ø Oscar
Niemeyer.
Tokoh-tokoh
pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh oleh pemikiran
Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya.
3. PERIODE III (1945 – 1958)
Perang Dunia
II (1941 – 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung dan rumah tinggal,
menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah tinggal dan
gedung-gedung menjadi latar belakang pada periode ini. karena kerusakan akibat
perang tersebut perlu dibangun kembali , maka usaha untuk mempercepat
pembangunan antara lain dengan fabrikasi komponen bangunan yang lebih ekonomis
dan rasional sesuai dengan tujuan Revolusi Industri . Konsekuensi dari
pandangan tersebut antara lain ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan dan
klassisme baru yang pernah diapakai oleh kaum fasis dan nazi menjadi simbol
negatif dan perlu ditolak.
Dalam
sejarah Arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan Arsitektur
dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:
a) Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan
Industrialisasi, tahun 1950-an dikatakan sebagai titik puncak kejayaan
Arsitektur Modern. Dimana tahun 50-an di sebut mass production (produksi bahan
bangunan oleh pabrik). Dalam hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam
membangun (pabrikasi komponen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional.
Penekanannya pada rasionalitas. Bangunan yang demikian ini dianggap
mencerminkan fungsinya dan gejala ini melintasi batas Negara dan budaya,
sehingga dapat dianggap bersifat Internasional.
b) Bagi mereka yang menempatkan Arsitektur sebagai karya yang
estetik dan artistik, tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan
Arsitektur Moderen dengan alasan antara lain:
1. Karena Arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri
individual perancangnya. Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orang adalah nama
biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.
2. Walaupun Arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam
masyarakat tidak bisa dihilangkan adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka
kata-kata demokratis itu sama saja bohong/ omong kosong.
3. Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat
menghasilkan bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas
berbeda.
4. Karena penekanan perancangan pada space, maka desain
menjadi polos, simpel, bidang-bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism
yang berarti tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan. (Dengan demikian,
siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya arsitek atau bukan. Kalau
sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?)
5. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan
yang disharmoni, tidak menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa, di mana
bentukan yang geometrik dianggap merusak dan memperburuk wajah lingkungan yang
masih kental dengan wajah-wajah neoklasik/pramodern.
6. Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy.
Contoh: diterapkannya open plan, yang berarti anti privacy.
Pada masa ini
timbul aliran yang disebut Eklektisisme, aliran yang berpedoman mengambil yang
paling baik diantara yang sudah ada, untuk digunakan sebagai bagian dari
sesuatu yang baru. Prinsip-prinsip perancangannya didasari pada kebutuhan,
fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin,
menginginkan satu kesatuan antara manusia dengan lingkungannya. Ekspresi bentuk
massa bangunan serta materi yang dominan pada periode ini dapat dibagi atas:
Ø Bentuk
curvelinier geometris yang plastis dengan penggunaan bahan dan struktur utama
pada umumnya beton serta struktur atap baja.
Ø Bentuk
geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struktur utama
dengan dinding kaca sebagai penutup.
Ø Arsitektur
Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan, fungsi, sistem
pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat
kenasionalan.
Tahun
50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern di sebabkan oleh:
1. Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip
Arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide
sampai dengan realisasinya: bangunan kotak dan geometris murni, Platonic
solid, menjadi ekspresi yang pas bagi Arsitektur sebagai ilmu, karena dalam
ilmu, yang disebut bentuk jikalau memenuhi aturan-aturan geometri, misalnya :
lingkaran, bujursangkar, segitiga ( 2 matra/Dimensi ) dan bola, piramid, kubus
( 3 matra/Dimensi ).
2. Karya-karya Arsitektur mampu dan sangat sempurna
untuk mengekspresikan space/ruang (ciri utama ruang adalah: ada tapi
tidak dapat dilihat ) yang diwakili oleh kaca lebar dan bidang-bidang polos
(Kaca adalah elemen ruang yang sangat tepat untuk mewakili ruang, karena kaca
juga memiliki ciri `ada tapi tak terlihat’. Bidang polos pun dianggap sebagai
pengekspresi ruang).
4. PERIODE III fase I (1949 – 1958).
Pada periode
ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perancangan tidak hanya
mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi juga hubungannya dengan keadaan
lingkungan di mana bangunan tersebut akan berdiri (misalnya : iklim).
Bangunan yang
ercipta mencerminkan suatu dialogi dengan teknologi, hal ini terlihat dari
penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium, metal, beton pracetak. Yang
penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang berbeda yaitu:
v Dilihat dari
segi keindahan eksterior dan interior (estetika).
v Dilihat dari
metode produksi (efisiensi).
Ciri-ciri lain pada
bangunan masa ini adalah:
1. Penggunaan
bidang kaca yang lebar.
2. Penggunaan
dinding penyekat yang diproduksi secara industrial.
3. Permukaan
bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme).
4. Sistem
“cantilever” dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas.
Ada 5 aliran
yang berkembang pada masa ini (1950an):
1. Aliran
“penyederhanaan bentuk” (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha mencapai
efek yang kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai jenis
bangunan. ( tokohnya : Mies-van de Rohe).
2. Aliran
“bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan”, bila ada bagian yang perlu ditonjolkan
akan dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Aliran ini
bentuknya lebih plastis dibandingkan aliran di atas. (tokohnya: Alvar Aalto).
3. Aliran
“pernyataan bentuk melalui struktur” (experimental structure), bentuk terlahir
dari permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yang istimewa
bentuknya dan berskala besar.(tokohnya: Eero Saarinen).
4. Aliran
“organik” (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan lingkungan ke
dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd Wright).
5. Aliran
“perubahan sikap terhadap zaman yang lampau”, menggunakan kembali langgam-
langgam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan.
(tokohnya : Minoru Yamasaki).
(tokohnya : Minoru Yamasaki).
5. PERIODE III fase II
(1958 – 1966).
Setelah
mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
pandangan-pandangan pada fase I dan periode sebelumnya. Pada fase ini timbul
dua aliran yang menonjol di Eropa dan Amerika yaitu:
1. Aliran
“Brutalisme”, berasal dari beton brut (beton telanjang), yang dipakai oleh Le
Corbusier pada bangunan Unite d’Habitation di Marseilles. Bangunan yang dibuat
dengan gaya seperti ini, yaitu menggunakan bahan bangunan yang kasar, seperti
beton expose, batu bata kasar dan bahan lain yang sejenis termasuk di dalam
aliran ini. Brutalisme mengalami dua fase, yaitu:
Ø Brutalisme
dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris), lebih mementingkan
etika dari pada estetika.
Ø
Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.
Brutalisme
memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yang kecil dan terpisah serta
dihubungkan dengan elemen-2 fungsional yang bebas dan dengan indah dikembangkan
ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan dari bangunan merupakan faktor
yang menentukan, tetapi bagian-bagian individual dinyatakan dengan tegas dan
teliti. (tokohnya: Le Corbusier, Paul Rudolph, Michael Kallmenn, Eero Sarine,
Kenzo Tange, Stubbin).
2. Aliran
“Formalisme” ,perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih menonjolkan
bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor emosi dan perasaan dari
arsitek, fungsi dinomer duakan, bentuk luar tidak sesuai dengan fungsinya.
Slogan “Form follows function” dirubah menjadi “Form evokes function” (bentuk
menciptakan fungsi), bentuk adalah merupakan titik tolak perancangan.
Formalisme dipengaruhi aliran lainnya:
Ø Formalisme
vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu technical excellence,
kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai keindahan ideal. (Paul
Rudolph).
Ø Formalisme
vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau yang tujuannya untuk
mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada plaza di tengah dan penyusunan
ruangnya sama dengan masa abad XIX.
Faham dan
aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang banyak, namun perbedaannya
sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak disebabkan oleh penekanan
permasalahan yang berbeda, sedangkan inti permasalahannya sama, yaitu ingin
menciptakan arsitektur yang efisien.
Setelah
berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan mempunyai ciri
sebagai berikut:
Ø Terlihat
mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.
Ø Bangunan
bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal
mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
Ø Bentuk
bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme dan abstrak yang
terdiri dari bentuk-bentuk aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi empat.
Ø Konstruksi
diperlihatkan.
Ø Pemakaian
bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen atau
ditempel - tempel.
Ø Interior dan
eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal.
Ø Konsep open
plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan sekunder, dengan
tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di dalam bangunan.
Karakter
arsitektur modern, menurut Bruno Taut:
· Bangunan mencapai
kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari bangunan.
· Material dan
sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas.
· Keindahan
tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaannya, ketepatan
penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi.
· Esteika dari
arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dengan belakang, facde
dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam; tidak ada detail yang
berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi keseluruhan.
· Pengulangan
tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, tetapi merupakan
alat yang penting dalam ekspresi artistik.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
·
Arsitektur
klasik aadalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang men-gacu pada zaman
klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik
dan Kekaisaran Romawi. Arsitektur klasik dari bangsa yunani merupakan dasar
dari bangunan-bangunan klasik saat ini. Dari mulai masa kejayaan yunani kuno
sampai kejatuhan kerajaan ro-mawi, banyak bangunan-bangunan besar yang dibangun
menggunakan keahlian arsitektur handal.
·
Arsitektur
modern adalah sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur di - mana ruang menjadi
objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelum-nya arsitektur lebih
memikirkan bagaimana cara mengolah façade, orna-men, dan aspek-aspek lain yang
sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik
lah yang lebih dipentingkan. Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana
memunculkan sebuah gaga-san ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya
sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen
ruang secara nyata.
DAFTAR PUSTAK